Gambaran Keberhasilan Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis pada Masyarakat Endemis Melalui Pemeriksaan Apus Darah di Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan Periode Februari-April 2021

Kustono, Rachel Stefanie (2022) Gambaran Keberhasilan Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis pada Masyarakat Endemis Melalui Pemeriksaan Apus Darah di Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan Periode Februari-April 2021. S1 thesis, Universitas Kristen Indonesia.

	Text (Hal_Judul_Daftar_Isi_Daftar_Tabel_Daftar_Gambar_Daftar_Singkatan_Daftar_Lampiran_Abstrak) HalJudulDaftarisiDaftarTabelDaftarGambarDaftarSingkatanDaftarLampiranAbstrak.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (13MB)
	Text (BAB_I) BABI.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (299kB)
	Text (BAB_II) BABII.pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (1MB)
	Text (BAB_III) BABIII.pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (1MB)
	Text (BAB_IV) BABIV.pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (653kB)
	Text (BAB_V) BABV.pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (1MB)
	Text (Daftar_Pustaka) DaftarPustaka.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (1MB)
	Text (Lampiran) LAMPIRAN.pdf Restricted to Repository staff only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (1MB)

Abstract

Filariasis adalah penyakit menular menahun yang terjadi akibat transmisi mikrofilaria dengan perantara nyamuk yang menghisap darah sebagai vektor. Terdapat tiga spesies parasit yang menyebabkan filariasis yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Salah satu wilayah di Indonesia yang masih merupakan daerah endemis filariasis adalah Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan. Sebagai salah satu daerah endemis, di daerah ini wajib dilaksanakan kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis selama lima tahun berturut-turut dengan tujuan untuk mencapai keadaan bebas filariasis. Setelah kegiatan POPM dilaksanakan selama lima tahun berturut-turut, dilakukan evaluasi penilaian keberhasilan kegiatan melalui pemeriksaan apus darah tebal. Kegiatan POPM akan dinyatakan berhasil jika didapatkan hasil perhitungan microfilaria rate <1%. Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan pada bulan Desember 2021 dengan cara mengambil data sekunder kegiatan POPM filariasis selama lima tahun dan hasil pemeriksaan apus darah tebal periode Februari sampai dengan April 2021 dari Dinas Kesehatan Kabupaten Balangan. Hasil positif filariasis berdasarkan kelompok umur paling banyak didapatkan pada kategori 55-64 tahun dengan lima pasien dan berdasarkan jenis kelamin, dengan lima pasien, laki-laki lebih banyak menderita dibandingkan perempuan. Delapan pasien yang positif berasal dari kelompok yang tidak patuh dalam meminum obat anti filariasis. Perhitungan microfilaria rate, didapatkan hasil positif 1.6% dari pemeriksaan apus darah tebal yang berarti pelaksanaan kegiatan POPM filariasis telah menurunkan angka infeksi namun belum mencapai target yang ditentukan/Filariasis is a chronic infectious disease that occurs as a result of the transmission of microfilariae with a mosquito intermediary that sucks blood as vectors. There are three species of parasites that cause filariasis, namely Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, and Brugia timori. One of the regions in Indonesia that is still an endemic area of filariasis is Balangan Regency, South Kalimantan. As one of the endemic areas, in this area, it is mandatory to carry out an activity named mass drug administration (MDA) for filariasis for five consecutive years with the aim of achieving a filariasis-free state. After the MDA was carried out for five consecutive years, an assessment evaluation of the success of the activity was carried out through thick blood smear examinations. MDA will be declared successful if the results of the microfilaria rate calculation <1%. This research was conducted at the Balangan Regency Health Office, South Kalimantan in December 2021 by taking secondary data on MDA activity for five years and the result of thick blood smear examinations from the period of February to April 2021 from the Balangan Regency Health Office. Positive results of filariasis by age group were most commonly obtained in the category of 55-64 years with five patients and based on gender, with five patients, men suffered more than women. The eight patients who tested positive were from the group who were non-compliant in taking anti filarial drugs. The microfilaria rate calculation, obtained a positive result of 1.6% from the thick blood smear examinations which means that the implementation of the MDA activity for filariasis has reduced the infection rate but has not reached the specified target.

Actions (login required)

View Item