Pasaribu, Ramos P and Sudarwani, Margareta Maria and Eni, Sri Pare (2023) Kajian Akulturasi Budaya dalam Arsitektur Kawasan Pecinan Semarang. Laporan Hibah Penelitian Perguruan Tinggi. pp. 1-129.
Text
KajianAkulturasiBudaya.pdf Download (10MB) |
Abstract
Sebelum tahun 1800, Nusantara kita berada pada posisi silang dunia, antara dua benua: Asia dan Australia, dan dua samudera: Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Posisi ini menyebabkan Nusantara menjadi wilayah yang dikunjungi oleh pelayar dan pedagang baik dari India ke Cina maupun sebaliknya. Posisi Nusantara sebagai wilayah yang dikunjungi para pendatang dari berbagai negara menjadikan Nusantara sebagai muara semua budaya-budaya di dunia. Kedatangan para pelayar tersebut dibuktikan dengan penemuan artefak misalnya: prasasti, uang logam, gerabah, dan lain sebagainya [1]. Kedatangan bangsa besar di Nusantara menandakan bahwa bangsa kita mudah bergaul dengan bangsa lain dan hal tersebut merupakan pendorong terciptanya akulturasi budaya. Menurut Prijotomo, Arsitektur di Nusantara banyak dipengaruhi arsitektur Cina (dan India) hingga abad ke-15 [2]. Sedang pada abad 3000 SM sampai dengan 1M di Cina, India dan Eropa telah berkembang karya arsitektur besar dengan variasi berbeda. Arsitektur Cina sebagai bagian dari sejarah perkembangan kota-kota di Indonesia adalah topik yang menarik, disebabkan arsitektur Cina memberi pengaruh yang cukup besar kepada arsitektur bangunan pada kota-kota di Indonesia terutama pada kawasan pecinan. Karakteristik pecinan di satu kota dengan kota lain di Indonesia tidaklah sama karena masing-masing karakter arsitektur pecinan tersebut memiliki ciri khas yang menyesuaikan dengan iklim dan material setempat. Tetapi meskipun demikian, arsitektur pecinan di Indonesia tetap merupakan pusaka Indonesia dan termasuk dalam bingkai arsitektur nusantara. Keberagaman karakteristik arsitektur pecinan ini menjadi bagian dari kekayaan arsitektur nusantara dan berperan dalam memperkaya langgam arsitektur nusantara. Membicarakan arsitektur pecinan di Indonesia sama halnya dengan membicarakan langgam arsitektur nusantara [3]. Ciri khas karakteristik arsitektur pecinan yaitu terfokus pada makna kosmologi detail dan simbolisasi di tempat ibadah (kelenteng) dan rumah tinggalnya. Dewasa ini pecinan/chinatown mulai dikemas untuk tujuan rekreasi dan pariwisata berdasarkan nilai ekonomi budaya, keragaman, dan multikulturalisme di berbagai kota di dunia. Demikian pula kawasan pecinan di kota-kota besar di Indonesia. Semarang sebagai salah satu kota yang usianya cukup tua yaitu telah mencapai 475 tahun mendapat julukan “Kota Seribu Kelenteng”. Kota Semarang mendapat julukan Kota Seribu Kelenteng disebabkan banyaknya jumlah klenteng dibanding kota lain, di pusat Pecinan Semarang terdapat 8 kelenteng besar dan kecil dan di luar pecinan lebih banyak lagi. Kawasan Pecinan Semarang merupakan salah satu pecinan yang memperlihatkan adanya kekuatan ekonomi budaya, keragaman, dan multikulturalisme tersebut. Aktivitas ekonomi, sosial budaya yang melatarbelakangi bentukan ruang mempengaruhi perkembangan kawasan baik secara fisik maupun non fisik, terutama adanya eksploitasi kawasan untuk tujuan rekreasi dan pariwisata. Akibatnya adalah penurunan kondisi fisik kawasan baik bangunan maupun lingkungan. Hal ini tentu saja tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah setempat yang menetapkan Kawasan Pecinan Semarang sebagai Kawasan Bersejarah berdasar Keputusan Walikota No. 645/50/1992. Kondisi bangunan pada kawasan Pecinan yang mewakili langgam tertentu yang sudah langka ikut mengalami penurunan kondisi fisik yang berakibat hilangnya karakteristik dan jatidiri kawasan. Untuk itu Kawasan Pecinan cukup penting diangkat sebagai obyek kajian sehingga bentukan arsitektur hasil silang budaya yang memiliki nilai ekonomi budaya, keragaman, dan multikulturalisme dapat lebih dioptimalkan untuk mendukung kebijakan pemerintah yang telah dijalankan. Kawasan Pecinan Semarang memiliki ruang kawasan dan bentuk rumah tinggal yang cukup potensial, juga memiliki potensi sosial budaya yang menjadi basis bentuk dan ruangnya. Penelitian Kajian Akulturasi budaya dalam arsitektur Kawasan Pecinan Semarang bermaksud untuk memberi nilai tambah bagi Kawasan Pecinan Semarang yang merupakan salah satu pecinan yang memperlihatkan adanya kekuatan ekonomi budaya, keragaman, dan multikulturalisme. Karakter kawasan Pecinan Semarang merupakan hasil perpaduan silang budaya dari para pendatang pada masa awal mula terbentuknya kampung-kampung etnis di Semarang dan berkembang dari waktu ke waktu. Adanya keragaman budaya dan multikulturalisme para pendatang tersebut membuahkan suatu perpaduan arsitektur yang mewarnai bentukan arsitekturnya. Karakteristik dan keunikan Pecinan Semarang sebagai Pusaka Indonesia ditunjukkan dalam karakteristik arsitekturnya yang berbeda antara pecinan di satu kota dengan pecinan di kota lainnya. Karakteristik arsitektur pecinan adalah hasil kombinasi antara karakteristik arsitektur Cina berpadu dengan arsitektur Melayu. Kombinasi arsitektur ini tampak pada tipologi bangunan berwujud rumah deret baik berupa rumah toko maupun rumah tinggal. Bentuk atap bangunan berkarakter arsitektur Cina tapi pada detail-detail fasade terdapat keberagaman arsitektur yang mempengaruhinya. Beberapa bangunan yang terdapat di Gang Tengah dan Gang Besen misalnya fasadenya terpengaruh oleh arsitektur Selat Malaka yang banyak dijumpai di Medan. Kehidupan sosial-budaya masyarakat Tionghoa di Pecinan Semarang terlihat dalam kegiatan kebudayaan yang merupakan perpaduan yaitu budaya Cina dengan budaya setempat misalnya budaya Pekojan dan budaya kampung Melayu. Hal tersebut menunjukkan bahwa karakteristik Pecinan Semarang memperlihatkan adanya perpaduan budaya pada masyarakat Tionghoa secara turun temurun. Keunikan Pecinan Semarang terlihat juga dengan adanya kelenteng-kelenteng yang adalah bangunan ibadah masyarakat Tionghoa dan merupakan landmark pecinan Semarang. Kawasan Pecinan Semarang merupakan ruang kota yang sudah mempunyai jiwa atau spirit yang tempatnya juga masih mendukung, yang perlu dilestarikan dan dikembangkan bukan hanya kawasan sebagai unsur pembentuk ruang fisik semata, tetapi terlebih pada jiwa atau semangat tempatnya Fokus penelitian ini membahas sebuah bentukan arsitektur Kawasan Pecinan Semarang yang memiliki kolerasi dengan proses akulturasi. Tujuan penelitian untuk menyumbangkan konsep pengetahuan dengan membangun teori substantif yang berkaitan dengan akulturasi budaya dalam arsitektur Kawasan Pecinan Semarang yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Menggali secara mendalam sebuah bentukan arsitektur Kawasan Pecinan Semarang yang dipengaruhi oleh sebuah proses akulturasi budaya dan mengungkap latar belakang sistem budaya berupa ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang berpengaruh pada bentukan arsitektur Kawasan Pecinan Semarang; dan 2) Menemukan Arahan Pelestarian Lingkungan dan Bangunan Bersejarah di Kawasan Pecinan Semarang. Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian kualitatif naturalistik dengan pendekatan grounded theory dan metode kualitatif induktif. Dalam penelitian ini data/informasi dikelompokkan menjadi empat: wawancara, pengamatan, dokumen, bahan berupa audio-visual. Luaran dari penelitian akan disesuaikan dengan Skema Hibah Penelitian Perguruan Tinggi (HPPT) yaitu: 1) Luaran Wajib: 1 Jurnal Internasional Terindeks Scopus dengan SJR ≥ 0.15; dan 2) Luaran Tambahan: 1 Jurnal Internasional tidak terindeks. Tingkat Kesiapterapan Teknologi yang ada berada pada TKT 2 dimana hipotesis litbang telah disusun, ada dukungan data awal, ada desain penelitian dan alternative metode penelitian. TKT yang diusulkan adalah TKT 3 dimana evaluasi teknis dan prediksi hasil telah dilakukan dan desain litbang telah komplit. Kata Kunci: akulturasi budaya, arsitektur; Kawasan Pecinan Semarang
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | TECHNOLOGY > Building construction TECHNOLOGY > Building construction > Architectural engineering. Structural engineering of buildings |
Depositing User: | Ms Mentari Simanjuntak |
Date Deposited: | 14 Dec 2023 07:05 |
Last Modified: | 14 Dec 2023 07:05 |
URI: | http://repository.uki.ac.id/id/eprint/13199 |
Actions (login required)
View Item |