Junio, Nigel (2022) Pidana Penganiayaan Penggunaan Diversi dalam Sistem Peradilan Anak Didalam Kasus yang Dilakukan oleh Anak dalam Studi Kasus Putusan (No. 09/Pid.Sus-Anak/2021/PN Bau). S1 thesis, Universitas Kristen Indonesia.
Text (Hal_Judul_Daftar_Isi_Abstrak)
HalJudulAbstrakDaftarIsiDaftarGambarDaftarTabelDaftarBaganDaftarLampiran.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (8MB) |
|
Text (BAB_I)
BABI.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (935kB) |
|
Text (BAB_II)
BABII.pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (933kB) |
|
Text (BAB_III)
BABIII.pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (920kB) |
|
Text (BAB_IV)
BABIV.pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (914kB) |
|
Text (BAB_V)
BABV.pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (908kB) |
|
Text (Daftar_Pustaka)
DaftarPustaka.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (907kB) |
|
Text (Lampiran)
Lampiran.pdf Restricted to Repository staff only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (3MB) |
Abstract
Berdasarkan Undang-Undang Peradilan Anak, Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin. Secara umum tindak pidana terhadap tubuh dalam disebut penganiayaan. Dari segi tata bahasa, penganiayaan adalah suatu kata jadian atau kata sifat yang berasal dari kata dasar “aniaya” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an: sedangkan penganiayaan itu sendiri berasal dari kata benda yang berasal dari kata aniaya yang menunjukkan subyek atau pelaku penganiayaan itu. Menurut Undang-Undang Sistem Peradilan Anak disebutkan bahwa diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses diluar peadilan pidana. Oleh karena itu tidak semua perkara anak yang berkonflik dengan hukum harus diselesaikan melalui jalur peradilan formal. Akan tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan memberikan alternatif bagu penyelesaian dengan pendekatan restorative justice sehingga atas perkara anak yang berkonflik dengan hukum dapat dilakukan diversi demi kepentingan terbaik bagi anak dan dengan mempertimbangkan keadilan bagi korban. Bahwa pertanggungjawaban pidana anak dibawah umut yang berkonflik dengan hukum adalah sesuai dengan ketentuan yang sudah diatur dalam KUHP dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Anak yang melakukan tindak pidana tetap dapat diminta pertanggungjawabannya, ancaman pidana bagi anak yang melakukan suatu perbuatan yang melawan hukum ditentukan oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dimana penjatuhan pidananya ditentukan setengah dari maksimal ancaman poidana dari orang dewasa, sedangkan penjatuhan pidana seumur hidup dan pidana mati tidak diberlakukan kepada anak. / Under the Juvenile Justice Act, a child is a person in a delinquent case who has reached the age of 8 (eight) years but has not yet reached the age of 18 (eighteen) years and has never been married. In general, crimes against the body are called persecution. In terms of grammar, persecution is a derivative word or adjective that comes from the root word "persecution" which gets the prefix "pe" and the ending "an: while persecution itself comes from a noun that comes from the word persecution which shows the subject or perpetrator the persecution. According to the Law on the Juvenile Justice System, it is stated that diversion is the transfer of settlement of child cases from the criminal justice process to processes outside the criminal court. Therefore, not all cases of children in conflict with the law must be resolved through formal justice channels. However, this can be overcome by providing alternative solutions with a restorative justice approach so that diversion can be carried out in cases of children in conflict with the law in the best interest of the child and taking into account justice for the victim. That the criminal responsibility of minors in conflict with the law is in accordance with the provisions stipulated in the Criminal Code and Law Number 11 of 2012 concerning the Juvenile Criminal Justice System. Children who commit criminal acts can still be held accountable, criminal penalties for children who commit acts that are against the law are determined by the Criminal Code, where the sentence is determined by half of the maximum criminal threat from adults, while the imposition of life imprisonment and imprisonment death does not apply to children.
Item Type: | Thesis (S1) | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Contributors: |
|
||||||||||||
Additional Information: | Nomor Panggil : T.A 346.36 Nig p 2022 | ||||||||||||
Subjects: | LAW LAW > Law in general. Comparative and uniform law. Jurisprudence > Comparative law. International uniform law > Criminal law and procedure > Criminal law |
||||||||||||
Divisions: | FAKULTAS HUKUM > Ilmu Hukum | ||||||||||||
Depositing User: | Users 1850 not found. | ||||||||||||
Date Deposited: | 16 May 2023 08:34 | ||||||||||||
Last Modified: | 14 Jul 2023 08:30 | ||||||||||||
URI: | http://repository.uki.ac.id/id/eprint/11191 |
Actions (login required)
View Item |