Analisis Negosiasi Perempuan Batak Dalam Memperjuangkan Pembagian Harta Warisan Adat; Studi Pada Desa Sempung Polling Kabupaten Dairi

Sihombing, Oktavia Permatasari (2025) Analisis Negosiasi Perempuan Batak Dalam Memperjuangkan Pembagian Harta Warisan Adat; Studi Pada Desa Sempung Polling Kabupaten Dairi. S1 thesis, Universitas Kristen Indonesia.

	Text (HalJudulDaftarIsiAbstrak) HalJudulDaftarIsiAbstrak.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (1MB)
	Text (BABI) BABI.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (505kB)
	Text (BABII) BABII.pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (339kB)
	Text (BABIII) BABIII.pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (569kB)
	Text (BABIV) BABIV.pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (242kB)
	Text (DaftarPustaka) DaftarPustaka.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (255kB)
	Text (Lampiran) Lampiran.pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (1MB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi negosiasi yang dilakukan oleh perempuan Batak dalam memperjuangkan hak atas harta warisan adat di tengah dominasi sistem kekerabatan yang patriarkal dan patrilineal. Studi ini dilaksanakan di Desa Sempung Polling, Kabupaten Dairi, dengan pendekatan kualitatif dan metode fenomenologis. Dalam tradisi adat Batak, warisan umumnya hanya diberikan kepada anak laki-laki, sementara perempuan dianggap sebagai pihak luar setelah menikah. Namun, perkembangan sosial seperti meningkatnya akses perempuan terhadap pendidikan, informasi, serta keterlibatan ekonomi dalam keluarga telah memunculkan kesadaran baru untuk memperjuangkan hak secara adil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan Batak menggunakan strategi komunikasi interpersonal yang persuasif, simbolik, dan emosional untuk menyampaikan tuntutan mereka tanpa secara terbuka menentang adat. Mereka memanfaatkan nilai-nilai kultural seperti Dalihan Na Tolu dan forum kekeluargaan (martarombo) sebagai ruang negosiasi. Dengan menggunakan teori dominasi sosial, penelitian ini mengungkap bahwa perempuan bukan hanya korban struktur adat, tetapi juga agen perubahan sosial yang aktif membentuk ruang dialog dan transformasi nilai. Perjuangan terhadap hak waris bukan semata-mata persoalan ekonomi, melainkan juga bagian dari upaya meneguhkan identitas, kesetaraan gender, dan pengakuan sosial dalam masyarakat Batak. Kata kunci: perempuan Batak, warisan adat, negosiasi, dominasi sosial, komunikasi interpersonal.// This study aims to analyze the negotiation strategies employed by Batak women in asserting their rights to customary inheritance within a patriarchal and patrilineal kinship system. The research was conducted in Sempung Polling Village, Dairi Regency, using a qualitative approach and phenomenological method. In Batak customary tradition, inheritance is typically passed on only to male descendants, while women are considered outsiders after marriage. However, social developments such as increased access to education, information, and women’s economic roles in the family have encouraged a new awareness to pursue justice and equality in inheritance matters. The findings show that Batak women utilize persuasive, symbolic, and emotional interpersonal communication strategies to assert their rights without directly opposing customary norms. They engage in negotiation through cultural values such as Dalihan Na Tolu and family dialogues (martarombo) as entry points. Using Social Dominance Theory as an analytical framework, this study reveals that women are not merely victims of traditional structures, but also active agents of social change who shape spaces for dialogue and value transformation. The struggle for inheritance rights is not only about economic entitlement, but also a means of reaffirming identity, gender equality, and social recognition within Batak society. Keywords: Batak women, customary inheritance, negotiation, social dominance, interpersonal communication

Actions (login required)

View Item