Sindrom Hipersensitivitas Dapson pada Penderita Kusta di Kota Jayapura Papua Indonesia Tahun 2017-2019

Arodes, Evy S. and Reba, Timothy V.P. and Sumolang, Inneke V. and Pohan, Dame J. (2021) Sindrom Hipersensitivitas Dapson pada Penderita Kusta di Kota Jayapura Papua Indonesia Tahun 2017-2019. Majalah Kedokteran UKI, 37 (2). pp. 42-48. ISSN 2798-0677

[img] Text
SindromHipersensitivitasDapson.pdf

Download (289kB)
Official URL: http://ejournal.uki.ac.id/index.php/mk/index

Abstract

Pengendalian kusta saat ini berdasarkan pada deteksi dini kasus dan pengobatan dengan menggunakan rejimen multi drug therapy (MDT), salah satu komponen terapinya adalah dapson, sebagai antibiotika dan anti-inflamasi. Dapsone hypersensitivity syndrome (DHS) merupakan salah satu efek samping dapson. Tujuan penelitian ini untuk melihat profil DHS pada orang asli Papua penderita kusta di Puskesmas kota Jayapura. Terdapat 36 penderita DHS 34 (94,4%), yang asli orang Papua dan 2 (5,6%) penderita non Papua. Kelompok umur terbanyak pada usia 17-60 tahun berjumlah 26 (76,5%) penderita. Jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 18 (53%) penderita. Jenis kusta terbanyak adalah multibasiler (MB) sebanyak 31 (91,2%) penderita. Lama pemberian MDT sampai timbulnya gejala klinis DHS terbanyak adalah pada minggu ke-4 sebanyak 23 (67,6%) penderita. Gejala klinis yang paling sering muncul adalah demam, kulit mengelupas, sklera ikterik dan anemia yang didapatkan pada 31 (91,2%) penderita. Pemberian steroid sebagai pilihan terapi yang diberikan selama 36-40 hari diberikan pada 18 (53%) penderita, sedangkan terapi kurang 30 hari diberikan pada tiga (8,8%) penderita yang meninggal dunia. Kesimpulannya, DHS pada penelitian ini yang dilakukan di kota Jayapura ditemukan lebih banyak DHS pada orang Papua dibandingkan dengan non Papua. Gejala klinis terbanyak timbul pada minggu ke-4. Terapi yang diberikan adalah steroid dengan tapering off dengan waktu rata-rata sampai 40 hari. Kata Kunci: multibasiler, steroid, terapi. / The control of leprosy is currently based on early detection of cases and treatment using the Multi Drug Therapy (MDT) regimen, one of the therapeutic components is dapsone, as an antibiotic and anti-inflammatory. Dapsone Hypersensitivity Syndrome (DHS) is a side effect of dapsone. The purpose of this study was to see the DHS profile of Papuans affected by leprosy at the Jayapura City Health Center. There were 36 DHS sufferers 34 (94.4%) of them were Papuans and 2 (5.6%) were non-Papuans. Most age groups aged 17-60 years were 26 (76.5%) sufferers. Most of the sexes were women as many as 18 (53%) sufferers. Most types of leprosy are multibacillary (MB) as many as 31 (91.2%) patients. The duration of MDT administration and the appearance of the most clinical symptoms of DHS at week 4 were 23 (67.6%) patients. The clinical symptoms that appeared most often were fever, peeling skin, scleral icterus and anemia were found in 31 (91.2%) patients. Steroid administration as a therapeutic option was mostly found for 36-40 days in 18 (53%) patients, while therapy for less than 30 days found 3 (8.8%) patients died. In conclusion, the DHS among Papuans in Jayapura city is higher than that of non-Papuans. Most clinical symptoms occur at week 4. The therapy given was steroids with tapering off with an average time of up to 40 days. Keywords: multibasiler, steroid, therapy

Item Type: Article
Subjects: MEDICINE
Depositing User: Mr Sahat Maruli Tua Sinaga
Date Deposited: 23 May 2023 02:39
Last Modified: 23 May 2023 02:39
URI: http://repository.uki.ac.id/id/eprint/11342

Actions (login required)

View Item View Item