TETAP ADA HARAPAN
Di era digitalisasi dan “New Reality” yang penuh ketidakpastian seperti sekarang ini, setiap orang perlu membangun ketahanan mental yang tangguh untuk memenangkan tantangan hidup dan siap belajar terus dari riwayat orang-orang berhasil (sukses)
Saat ini seluruh dunia dilanda pandemi covid-19, tidak terkecuali Indonesia. Pandemi telah membawa dampak luas terhadap seluruh sendi kehidupan, wabah itu telah menimbulkan ambruknya ekonomi dan pasar tenaga kerja di seluruh dunia. terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bagi karyawan laki dan perempuan. Pada bulan April 2020, Bank pembangunan Asia telah memperingatkan bahwa pandemi akan mengancam 68 juta pekerja di seluruh Asia jika wabah ini berlanjut sampai dengan September 2021.
Angkatan kerja, yakni penduduk usia muda adalah harapan generasi senior untuk melanjutkan tongkat estafet di semua bidang. Namun, fenomena yang ada di depan mata adalah begitu banyak remaja dewasa yang menghadapi kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Alih-alih yang sesuai dengan bidang keahliannya, sektor formal yang tersedia tidak siap untuk menampung meluapnya sejumlah deretan pengangguran itu. Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) memang masih tersedia, bagi mereka yang benar-benar mumpuni.
Persaingan kerja di abad 21 ini sungguh menuntut keterampilan seseorang akan 4 C, yaitu: Critical thinking – Collaboration – Creativity – Communication. Bahkan ada yang menambahkannya dengan 2 C lagi, yaitu: Computational logic dan Compassion. Oleh karena itu, para pendidik hendaknya dapat terus mengembangkan kompetensinya, terlebih dalam menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian dengan jalan:
- Menjadi pembelajar yang lincah dan siap belajar sepanjang hayat.
- Memiliki mental pembelajar sebagai modal untuk membentuk masyarakat pembelajar.
- Membangun kekuatan kolaborasi.
- Menggunakan komunikasi yang efektif dan efisien (mangkus dan sangkil).
- Fleksibel, akuntabel, kredibel dan adaptabel.
Sebab dengan dimilikinya kompetensi-kompetensi di atas, ia mampu mentransformasi ketidakpastian menjadi kepastian.
Memasuki era baru, manusia perlu paradigma baru dengan menganggap setiap individu sebagai seorang manusia secara ‘utuh’ (whole person paradigm). Perlu kesiapan yang ‘matang’ dalam segala hal, jika tidak demikian sangat dikhawatirkan terjadinya ‘ledakan’ pengangguran di mana-mana. Pengangguran terjadi karena ada jurang (gap) antara permintaan (demand) dan ketersediaan (suplay) tenaga kerja yang tidak seimbang. Lapangan pekerjaan yang tersedia berjalan seperti ‘deret hitung’, sedangkan ketersediaan tenaga kerja terus melaju seperti ‘deret ukur’.
Terjadinya krisis pengangguran di usia muda sangatlah memprihatinkan. Kondisi demikian perlu penanganan yang serius dari berbagai pihak. Penduduk yang berusia antara 17 – 25 tahun adalah tenaga muda yang potensial, akan tetapi jika youth unemployment ini tidak berhasil menemukan pekerjaan akan berakibat buruk bagi suatu bangsa. Krisis global yang terjadi akibat pandemi covid-19 khususnya bagi tenaga kerja usia muda sangat disayangkan, karena sedang kuat-kuatnya tenaga dan pikiran (fisik dan psikhis) seseorang justru tidak termanfaatkan alias mubazir.
Adalah fatal apabila golongan ini berpikiran pendek dan menempuh cara singkat dengan melakukan tindak kriminal, sekalipun mereka sedang menganggur (menjadi pengangguran terdidik), misalnya lulusan sarjana strata satu. Kelompok ini cenderung mudah putus asa dan menatap masa depannya yang suram dan dengan mudahnya mereka terjerumus ke dalam berbagai tindakan seperti napza (narkotika, psikhotropika dan zat adiktif lainnya). Mereka merasa tidak lagi mempunyai harapan karena job less, akibatnya mereka akan kehilangan kepercayaan diri dan menjadi generasi minder (tidak percaya diri), merasa miskin dan tidak berguna, sehingga tidak jarang mereka mengakhiri hidupnya secara tragis.
Oleh karena itu , mari kita selamatkan generasi ini dengan berbagai cara. Kalau pemerintah telah melakukan dengan memberi stimulus bagi pelaku usaha, subsidi upah, hingga penyediaan Kartu Pra Kerja, maka sebagai insan pendidikan kita siap memberi pendidikan dan pelatihan (diklat) untuk meningkatkan keterampilan, membentuk usaha rintisan atau yang lebih dikenal dengan istilah start up, pelatihan kewirausahaan bagi kelompok usia muda dan memotivasi mereka bahwa tetap ada harapan bagi mereka yang mau dan mampu bangkit serta pantang menyerah.
Berangkat dari pendapat Stephen R. Covey, yang mengingatkan bahwa rutinitas membuat orang berprestasi biasa-biasa saja (mediocrity), orang muda harus keluar dari zona nyaman (comfort zone). Terus belajar sambil praktik, sebab disitulah kunci untuk menggali potensi diri. Orang muda jangan dibiasakan hidup di bawah potensi besar yang dimilikinya. Ijinkan penulis menambahkan dengan, mari mengingat perjuangan seorang yang bernama Jack Ma, Lim Siau Liong, Ciputra, Bob Sadino, Chairul Tanjung dan dari generasi milenial seperti Atta Halilintar, Ria Recis, Raditya Dika, dan masih banyak lagi.
Bill Gates (seorang miliuner) menganjurkan kepada generasi milenial dengan menguasai tiga keterampilan untuk sukses masa depan, yaitu sains, teknik dan ekonomi; itulah tiga latar belakang yang akan paling banyak diminta mulai saat ini. Pekerja yang mahir dalam subyek tersebut akan menjadi agen perubahan (agent of change) untuk semua institusi, karena banyak karir di masa depan (yang) akan sangat menuntut hal-hal tersebut, tidak harus mahir, tetapi memiliki kemampuan untuk berpikir seperti yang dilakukan ahli di bidang itu akan sangat membantu dalam kehidupan karir. Sebab menurutnya, mereka adalah orang-orang yang memegang peranan atas revolusi industri 4.0.
Di era digitalisasi dan “New Reality” yang penuh ketidakpastian seperti sekarang ini, setiap orang perlu membangun ketahanan mental yang tangguh untuk memenangkan tantangan hidup dan siap belajar terus dari riwayat orang-orang berhasil (sukses). Ingatlah waktu terus berjalan, belajarlah dari masa lalu, siaplah untuk masa depan dan berikanlah yang terbaik untuk hari ini. Take Action Now Not Tomorrow – Think Globaly and Act Localy. Berikut adalah tips untuk seorang meraih keberhasilan:
- Tangkap kesempatan.
- Selalu berusaha di atas rerata.
- Eksekusi lebih penting dari pada sekedar wacana.
Jakarta, 3 April 2021
Salam sehat dari penulis: E. Handayani Tyas – tyasyes@gmail.com