CARA KREATIF MENIADAKAN RASA JENUH DI RUMAH

Kalau dulu sebelum ada korona, jenuh di rumah akan segera terobati dengan jalan keluar rumah atau pergi-pergi ke tempat keramaian, Aktivitas yang biasa kita lakukan di luar rumah, kini harus berubah nyaris 180 derajat dan digantikan dengan aktivitas di rumah. Mengantisipasi rasa jenuh di rumah, dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan kreatif, seperti merawat tanaman, belajar memasak, melakukan kegiatan di rumah yang produktif bahkan menjadi other income

CARA KREATIF MENIADAKAN RASA JENUH DI RUMAH
JENUH

 

            Sebagaimna kita tahu bahwa aktivitas yang biasa kita lakukan di luar rumah, kini harus berubah nyaris 180 derajat dan digantikan dengan aktivitas di rumah. Mulai dari belajar mengajar, sekolah dari rumah (school from home), kuliah tak dapat datang ke kampus, aktivitas kerja kantor di gantikan dengan WFH (Work From Home), membuat seseorang menjadi jenuh. Virus…..virus….. sekali lagi virus, ia adalah makhluk tak nampak namun, tampak jelas akibatnya, yaitu kematian!.

            Hari lepas hari, dari bulan ke bulan, kini bahkan sudah lebih dari setahun lamanya membuat anak, remaja, pemuda/i dan orang dewasa menjadi jenuh dibuatnya. Apabila rasa jenuh sudah menyelimuti pikiran manusia, sudah dapat dibayangkan bahwa hasil kerja menjadi tidak produktif lagi, mengelola waktu menjadi tidak efektif lagi, melakukan kegiatan apapun menjadi malas.

            Kalau dulu sebelum ada korona, jenuh di rumah akan segera terobati dengan jalan keluar rumah atau pergi-pergi ke tempat keramaian, seperti mal, tempat hiburan, tempat rekreasi, piknik dan bahkan mudik (kangen kampung halaman, kangen sanak saudara/famili dan teman alumni, kangen dengan kuliner di kota asal, dan lain-lain). Akan tetapi sekarang, jelang Ramadhan sudah bergulir wacana, stop pulkam! Pembatasan berkerumun, tidak bersalam-salaman/berpelukan seperti budaya orang Indonesia jika bermaaf-maafan dan kangen-kangenan sudah tidak berlaku lagi.

            Semua itu diatur demi segera putus rantai penularan pandemi covid-19, yang sangat mengganggu perekonomian, membatasi ruang gerak berlangsungnya pendidikan yang efektif dan efisien (mangkus dan sangkil), menyebabkan kemunduran diberbagai bidang. Oleh karena itu mau tidak mau dan suka atau tidak suka, sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) yang baik dan benar kita hendaknya taat pada aturan yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia demi kepentingan bersama.

            Masalahnya bagaimana mengatasi/meniadakan kejenuhan di rumah masing-masing? Bagi orangtua, sampai ada yang mengatakan bahwa kegiatan sehari-harinya hanya berkisar seputar: ‘dapur – sumur – kasur’ (artinya: bergerak dari dapur/ruang makan dan sumur dimaknai tempat cuci piring dan cuci pakaian, serta kasur dimaksudkan sebagai tempat tidur). Syukur bagi mereka yang rumahnya luas dan punya halaman, bisa untuk kegiatan berkebun, menanam dan merawat aneka macam tanaman, dan lain-lain. Sedang bagi anak-anak rasa jenuh yang melanda hati dan pikirannya membuat mereka merasa letih, lesu dan tidak bergairah lagi dalam mengisi hari-harinya. Rasa rindu ketemu teman-teman sebayanya dan ibu bapak gurunya, proses pembelajaran yang interaktif dan tidak hanya ‘memelototi’ komputer/lap top/HP ini mengakibatkan rasa jenuh yang memuncak.

            Kita semua maklum, karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, ia sangat interdependensi, ia perlu berinteraksi sosial dengan lingkungannya, ia bukan makhluk soliter; tetapi kini semuanya menjadi serba terbatas, terkungkung, terisolasi dan masih banyak lagi yang dikeluhkannya seolah kita ini hidup di dunia yang kian menegangkan. Oleh karena itu kita perlu mencari dan menemukan solusinya, sehingga otot mental kita tidak lalu menjadi ‘loyo’ dan tetap produktif; dengan cara berpikir – merasakan – bertindak (yaitu: berpikir yang positif; merasakan dengan simpati dan empati; serta bertindak dengan lebih berani namun penuh perhitungan tentunya). Kesemuanya itu memang memerlukan kesabaran, latihan yang terus menerus (continuous and improvement).

            Manajemen waktu sangat diperlukan untuk mengatasi masalah ini. Sebagai orangtua mari kita ‘besar’kan hati anak, dengan cara antara lain selalu ‘menyelamatkan’ anak dari rasa tidak nyaman dan kegagalan, memberi kesempatan untuk bangkit, mengajarkan arti penting ketekunan, keuletan dan pantang menyerah. Jangan sekali-kali menuntut prestasi yang terlalu tinggi, karena bisa membuat anak stres dan bahkan depresi. Ambillah makna/hikmah bahwa dengan berkumpul berlama-lama dengan anak dan atau anak-anak di rumah menjadikan jalinan emosi yang makin erat dan saling melengkapi.

            Kalau dulu anak ditinggal-tinggal kerja sehari-harian oleh orangtuanya, menjadi gelisah dan resah, maka sekaranglah waktunya untuk membangun rasa percaya diri anak untuk menatap masa depannya (be optimis). Anak-anak dapat mengonstruk pengetahuannya sendiri, maka ajarkan ia beradaptasi dengan perubahan, dan minta ia membicarakan tentang perasaannya (misalnya: bahagia, semangat, sedih, frustasi, gugup, minder) dan yang tidak kalah pentingnya ialah didikan orangtua kepada anak-anak dan anak remajanya untuk tidak segan/takut untuk berkata tidak. Biasakan mereka sejak dini hingga dewasa ia memiliki sikap tegas, karena yang sering kita jumpai adalah mereka kesulitan mengatakan tidak dan merasa canggung atau ada perasaan tidak enak. Hal-hal tersebut penulis katakan penting, sebab hal tersebut dapat mengurangi stres. Namun, yang perlu tetap diingat adalah cara pengungkapan yang sopan (ingat 3 kata penting dalam pergaulan adalah: maaf – tolong – terimakasih).

            Mengantisipasi rasa jenuh di rumah, dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan kreatif, seperti yang penulis dapatkan dari beberapa teman yang dulunya mengaku tidak sempat mengatur rumah – sekarang menjadi rajin mengatur rumah; yang dulunya tidak sempat atau tidak rajin memasak atau membuat kue – sekarang makin mahir; yang dulunya sempit waktu untuk bercengkerama dengan keluarga – kini punya cukup waktu untuk saling curhat, dan lain-lain. Sedangkan bagi anak-anak. kegiatan belajar dapat dilakukan dengan bermain, karena belajar dan bermain adalah sifat kodrati baginya (play and learn). Bagi anak-anak yang masih kecil (batita atau balita) bisa  mengedukasi dengan bercerita/mendongeng yang bisa menghibur dan memotivasi untuk meraih cita-cita.

            Mari kita lakukan  semua ide kreatif itu dengan gembira, sehingga keseharian kita tidak terisi dengan berbagai keluhan yang melemahkan. Sambil menantikan era baru dengan kebiasaan hidup bersih, tertib dan tetap menerapkan protokol kesehatan, niscaya Indonesia akan segera bangkit, maju dan siap bertanding dan bersanding dengan negara-negara maju lainnya (to compete and to corporate).

            Apa saja yang menjadi impian kita selama masa pandemi covid-19 ini akan segera dapat kita wujudkan; sesuai pendapat CG Jung (ilmuwan) yang mempunyai keyakinan bahwa mimpi merupakan produk tak sengaja dari psyche yang dipengaruhi oleh ketidaksadaran kolektif dan ketidaksadaran kolektif ini merupakan sumber atau potensi positif, adaptif dan kreatif.

 

Jakarta, 27 Maret 2021

Salam sehat dari penulis: E. Handayani Tyas – tyasyes@gmail.com