KAMPUSKU KOSONG

Gara-gara korona, banyak mahasiswa yang belum pernah ketemu langsung dengan dosen dan teman-teman se kelasnya. Kangen kehidupan kampus, canda ria dengan teman-teman sebaya dan dosen ku yang terkadang ‘galak’ terkadang ‘lucu’.

KAMPUSKU KOSONG
KAMPUS

KAMPUSKU KOSONG

 

            Sudah lebih dari setahun lamanya aku dan teman-temanku tidak datang di kampus, yang berarti kini masuk pada semester ke tiga bagi adik-adik mahasiswa yang mulai kuliah pada tahun ajaran 2019/2020. Belajar sendiri di kost, membuat aku rindu asyiknya belajar kumpul teman-teman. Gelak tawa, debat serius, adu agumentasi, mengerjakan tugas kelompok, makan siang bareng, yang biasanya mewarnai saat-saat belajar ku di kampus kini tak kurasakan lagi.

            Kangen kehidupan kampus, canda ria dengan teman-teman sebaya dan dosen ku yang terkadang ‘galak’ terkadang ‘lucu’, membuatku terpicu dan terpacu untuk segera menyelesaikan studi ku yang kini sudah memasuki semester enam. Belum bisa kubayangkan nanti jika harus bimbingan skripsi secara daring, bagaimana aku mencari dan menemukan buku-buku di perpustakaan yang akan ku jadikan sumber referensi dan ku tuliskan ke dalam daftar pustaka proposal penelitianku.

            Dengar-dengar sudah ada wacana akan dimulainya kuliah secara tatap muka pada bulan Juli 2021, yang berarti aku masuk pada kuliah semester ke tujuh. Aku makin semangat untuk menamatkan studi ku tepat waktu, karena selain kepuasan pribadi yang ku alami, juga aku ingin membahagiakan orangtuaku di kampung, yang kini sudah menanti-nantikan  dan bahkan sudah membayangkan betapa bangganya beliau menyaksikan hari wisuda ku. Sebagai bakti ku kepada orangtua, akan ku raih prestasi yang terbaik. Dari barisan fakultasku, aku akan menyaksikan ibu dan bapakku duduk dideretan kursi VIP yang disediakan bagi orangtua yang anaknya meraih predikat ‘mahasiswa berprestasi’.

            Oooh Tuhan, kiranya mimpiku ini menjadi kenyataan. Bukankah aku mimpi dalam keadaan sadar artinya bukan dalam keadaan tidur. Usaha dan doa senantiasa kulakukan tiada henti. Aku sungguh merasa berhutang, karena selama kuliah daring aku difasilitasi oleh orangtuaku dengan cukup. Aku bersyukur dan menjadikan aku termotivasi, terutama motivasi intrinsik yang selalu bermunculan dari hati dan benakku. Mungkin karena sudah setahun lebih aku jauh dari lingkungan dan kehidupan kampus, maka sudah saatnya kini kampus bersiap-siap dengan menyusun mitigasi untuk meminimalkan potensi covid-19. Diperkirakan pada bulan Juli 2021 yang akan datang, dosen dan tenaga kependidikan sudah selesai mendapatkan vaksin baik pertama maupun ke dua.  

            Gara-gara korona, banyak mahasiswa yang belum pernah ketemu langsung dengan dosen dan teman-teman se kelasnya. Begitu juga halnya dengan kegiatan belajar secara daring mengalami banyak kendala, seperti masalah sinyal atau jaringan internet, juga alat komunikasi yang dipakai dosen dan mahasiswa. Oleh karena itu, kabar akan dimulainya kuliah luring atau mungkin juga secara blanded learning merupakan ‘angin segar’ bagiku, selain kangen dengan teman-teman, aku sungguh merindukan suasana interaksi di kelas secara langsung (off line). Belajar sendiri di kost atau di rumah menurut teman-temanku juga kurang optimal. Pernah lagi seru-serunya diskusi, listrik padam gara-gara petir sambar-menyambar dan hujan lebat, tunggu punya tunggu sampai jam pelajaran usai belum juga nyala.

            Bagi teman-temanku yang pulang kampung (kembali ke daerahnya masing-masing) seperti Nias, Medan, NTB, NTT, Maluku dan Papua mengeluhkan terganggunya sinyal dan perbedaan zona waktu yang dialaminya. Masih untung kami saling menyemangati lewat telpon, WA, dan medsos lainnya, sehingga komunikasi masih terjalin baik antarmahasiswa maupun dengan dosen. Didukung dengan teknologi yang canggih, kami masih dapat mengerjakan tugas-tugas dan melakukan ujian dengan lancar. Benar-benar dosen dan mahasiswa dituntut adaptif dalam penguasaan teknologi, sehingga Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini tetap dapat berlangsung.

            Sekalipun sampai dengan hari ini perkuliahan masih diselenggarakan secara daring, namun aku dan temen-temanku sangat antusias untuk menyambut kebijakan kuliah tatap muka, mengapa? Jawabnya karena aku dan teman-temanku segera bisa belajar dengan asyik di kelas, di laboratorium, melakukan percobaan-percobaan, pengamatan dan praktikum-praktikum yang hasilnya dapat diaplikasikan langsung.

            Kampusku kosong, ruang kelasku kosong, laboratoriumku kosong, tempat kost ku juga banyak yang kosong, suasana tidak semeriah dulu lagi, sepi sunyi…………… Aku dan teman-temanku siap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat, tertib dan disiplin, karena menurut pendapat kami (mahasiswa), orang yang bisa belajar dengan baik adalah orang yang sehat dan manusia yang sehat rohani dan jasmani adalah aset bangsa (Indonesia) yang paling berharga. Salam seroja!

 

Jakarta, 22 Maret 2021

Salam sehat dari penulis: E. Handayani Tyas – tyasyes@gmail.com