NIKMATI PEMBELAJARAN DARING
Masa Pandemi Covid-19 ini menjadikan Pembelajaran Daring berlanjut. Tanggung Jawab Pendidik yakni orangtua di rumah, Guru di sekolah dan Masyarakat (Tri Pusat Pendidikan) hendaknya menjalin komunikasi, kolaborasi dan kordinasi secara intens demi berlangsungnya pendidikan anak. Anak senang, orangtua tenang. Mengutamakan keselamatan dan kesehatan anak sangat penting.
NIKMATI PEMBELAJARAN DARING
Anak senang, orangtua tenang
Semula pembelajaran secara tatap muka direncanakan digelar pada bulan Januari 2021, suatu harapan yang menggembirakan terutama bagi anak yang sudah mulai ‘bosan’ dengan sistem belajar secara daring (learn from home). Namun, apa mau dikata penyebaran virus corona fase ke dua dikatakan lebih ganas penularannya. Pupus sudah harapan peserta didik yang rindu bertemu dengan pendidik dan teman-temannya. Entah sampai kapan, tak seorangpun yang bisa menentukan kapan waktunya. Jawaban satu-satunya adalah sabar, sebab usaha sudah, doa pun sudah.
Demi kesehatan dan keselamatan peserta didik, baik di tingkat sekolah maupun di tingkat pendidikan tinggi semua sepakat untuk menunda pembelajaran tatap muka dan melanjutkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Kegiatan sekolah dan perkuliahan harus diupayakan se-optimal mungkin, se-kreatif mungkin dan se-efektif mungkin. Kerjasama antara orangtua di rumah, guru di sekolah dan dukungan masyarakat di lingkungan peserta didik tinggal sangat menentukan keberhasilan pembelajaran.
Sekalipun dunia pendidikan sangat mengalami dampak buruk akibat pandemi virus covid-19, namun pembelajaran harus tetap ‘hadir’ sesuai cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa (alinea ke empat Pembukaan UUD 1945). Menteri Pendidikan Nadiem Anwar Makarim mengatakan, setiap rombongan belajar hanya boleh diisi setengahnya (50%), jam belajarpun juga setengah hari, namun sekolah tetap meminta jaminan bagi para pendidik/guru, staf/tenaga kependidikan dan semua peserta didik.
Mengingat proses belajar mengajar diprediksi semakin terdampak, maka sebaiknya penanggung jawab pendidikan, yakni tri pusat pendidikan (orangtua, guru dan masyarakat) harus berjuang keras dan cerdas agar proses pembelajaran tetap berjalan efektif. Itulah sebabnya penulis mengemukakan ‘adagium’ bahwa dengan belajar dari rumah: ‘anak senang, orangtua pun tenang’. Bagaimana caranya? Berikut adalah 5 tips dalam mendampingi anak belajar dari rumah:
- Menjalin kerjasama yang baik antara orangtua (ayah dan ibu)
- Membuat jadual harian anak, untuk dipatuhi dengan disiplin
- Jangan berhenti menyiapkan latihan mengerjakan soal untuk belajar
- Memanfaatkan materi yang ada di situs-situs pendidikan resmi
- Melakukan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning).
Selain ke lima tips di atas, bantulah anak menyesuaikan diri dalam menjalani keadaan ‘darurat’ ini, dan juga hal penting yang perlu diperhatikan oleh setiap orangtua adalah memahami perasaan anak. Utamanya membantu anak mengatasi masalah tekanan psikososial, karena anak butuh orangtua yang dapat melindungi mereka untuk tetap sehat dan selamat. Orangtua harus dapat menjadi teman baik bagi anak, begitu juga dengan guru. Sebagai pendidik, guru ‘dituntut’ untuk selalu menyajikan pembelajaran yang kreatif sehingga dapat menarik perhatian peserta didiknya.
Guru yang kreatif dan inovatif dalam mengajar dan mendidik, membuat peserta didik betah mengikuti pembelajaran daringnya dari awal sampai akhir dan tidak benyak alasan untuk meninggalkan laptop atau hand phone nya. Materi pembelajaran dapat dicerap dengan baik dan terjadi interaksi/diskusi interaktif selama pembelajaran berlangsung. Ketidakjelasan selama pembelajaran daring berlangsung mengakibatkan peserta didik bingung, mereka juga kehilangan kesempatan bersosialisasi dengan teman sebayanya, kesempatan belajar bersama/mengerjakan tugas kelompok, dsb.
Belum lagi kesulitan lain seperti gangguan jaringan/sinyal, harus berbagi gadget dengan saudara, suasana rumah yang belum bernuansa sekolah, semua itu akan menambah ‘beban’ yang dialami peserta didik di seluruh wilayah tanah air. Itulah hal-hal yang membuat pembelajaran di semester genap 2020/2021 masih diwarnai tarik ulur atau buka tutup lembaga pendidikan, sekalipun menggelar pembelajaran secara campuran (blended learning) untuk mengatasi ‘musibah’ pandemi covid-19 yang sampai kini belum terkendali.
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) baru akan digelar apabila suasana telah memungkinkan, namun bagi orangtua yang tidak menyetujui anaknya mengikuti PTM, peserta didik dapat melanjutkan pembelajaran dari rumah secara penuh (daring). Selama pandemi covid-19 ini, level pendidikan yang paling merasakan adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Luar Biasa (SLB), sebab kalau digelar PTM mereka pasti bermain, bergerombol dan sulit menjaga jarak. Oleh karena itu, ada baiknya tidak tergesa-gesa mengambil keputusan yang sangat berisiko itu. Sulit memang, seperti buah simalakama.
Di akhir tulisan ini penulis menghimbau, tunda dulu buka sekolah/kampus, utamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik, jalin komunikasi, lakukan kolaborasi dan kordinasi yang intens sehingga jangan sampai terjadi orangtua merasa repot dan terbebani ketika harus mendampingi anak selama PJJ. Setiap pendidik (guru/dosen) hendaknya terus dapat menyelenggarakan pembelajaran yang menarik (kreatif dan inovatif), orangtua dan guru harus patuh terhadap amanat Surat Edaran Mendikbud No. 4/2020 (peserta didik tidak dibebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas ataupun kelulusan), dan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Jakarta,17Januari 2021. Salam sehat, Penulis: E. Handayani Tyas; tyasyes@gmail.com