PILIH YANG MANA? PEMBELAJARAN DARING BERISIKO; PEMBELAJARAN LURING BERISIKO

PEMBELAJARAN DARING DAN LURING ADA KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA SETIAP PEMBELAJARAN PERLU SENTUHAN 'KASIH' DAN KEBIJAKSANAAN DARI GURU PROFESIONAL

PILIH YANG MANA? PEMBELAJARAN DARING BERISIKO; PEMBELAJARAN LURING BERISIKO
ORANG BELAJAR

                                                                                          

 

PILIH YANG MANA?

PEMBELAJARAN DARING BERISIKO; PEMBELAJARAN LURING BERISIKO

 

Sejak pandemi covid-19 melanda tanah air dan bahkan dunia, semua sistem  pembelajaran di sekolah maupun di perguruan tinggi menjadi ‘bingung’. Beberapa sekolah dan kampus memilih sikap berhati-hati sebelum membuat keputusan, apakah hendak menggunakan pembelajaran daring atau luring karena dua-duanya berisiko.

Berhubung kasus corona  sampai dengan kini masih belum terkendali, bahkan santer berita bahwa telah muncul mutasi varian baru yang dikatakan lebih ganas (virus SARS-coV-2 penyebab covid-19 yang memiliki tingkat penyebaran yang lebih tinggi). Sebagaimana dilaporkan oleh pemerintah Inggris kepada WHO, pada tanggal 14 Desember 2020. Hal ini menjadikan kebimbangan para stake holder sekolah dan kampus dengan apa yang hendak dilakukan. Mau pembelajaran daring atau luring atau blended learning?

Padahal pembelajaran secara off line digadang-gadang akan dimulai di bulan Januari 2021, yang notabene sudah di depan mata tinggal beberapa hari lagi. Sumatera Barat telah bersiap gelar sekolah tatap muka (Kompas, 29 Desember 2020). Sekalipun dengan menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat, seperti sekolah harus menyediakan antara lain, sarana dan pra sarana cuci tangan, masker medis, dan pendeteksi suhu tubuh. Jumlah siswapun dibatasi dalam satu lokal maksimal 50% dari kapasitas atau maksimal 18 orang per lokal dengan jarak 1,5 meter antarsiswa dan durasi belajar 3,5 jam per hari.

Sungguh merupakan dilema, persoalan memilih, memilah dan menentukan   mana katagori zona merah-oranye-kuning-hijau itu hal yang tidak mudah karena setiap saat bisa saja berubah, sekalipun sudah ada Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 menteri (Mendikbud, Menkes, Menag, Mendagri), tetap saja orangtua diberi hak untuk menolak anaknya ikut sekolah atau kuliah secara tatap muka, dan tetap menginginkan anaknya untuk mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Di pihak lain, ada juga orangtua yang menghendaki pembelajaran secara tatap muka dengan alasan terbatasnya sarana belajar secara online.

Belajar dari rumah, membuat anak senang – orangtua pun tenang; maunya memang begitu. Namun, yang perlu kita ketahui bahwa siswa/mahasiswa perlu konten menarik, yang tidak kalah ‘seru’nya dengan pembelajaran di kalas/kampus. Oleh karenanya orangtua, guru, dan dosen hendaknya kreatif dan inovatif dalam mengolah dan menyajikan setiap pembelajarannya. Hal itu dimaksudkan agar siswa/mahasiswa tetap betah mengikuti pembelajaran secara tatap maya dan tidak meninggalkan kelas online nya dengan berbagai alasan.

Adapun mengenai hasilnya itu yang menjadi persoalan, bagi siswa/mahasiswa yang proaktif mengikuti dan mengerjakan tugasnya dengan bersungguh-sungguh tentu efektif, namun bagi mereka yang mengikuti dengan ‘asal-asalan’ sudah barang tentu tidak akan memperoleh hasil yang optimal. Diakui memang dengan sistem PJJ ini, guru/dosen dapat menjangkau siswa/mahasiswa diseluruh wilayah nusantara, bahkan sampai di luar negeri sekalipun.

Memang PJJ ada kelebihannya namun juga ada kekurangannya, seperti  masalah gangguan jaringan internet, keperluan melakukan praktikum di laboratorium, dan sebagainya. Bagaimanapun juga mengajar dan mendidik diperlukan ‘sentuhan’ kasih dan kebijaksanaan dari seorang pendidik yang profesional.  Untuk itu, mari kita siap melakukan perubahan ke arah yang lebih baik sekalipun di tengah keterbatasan yang belum pasti sampai kapan situasi ini berakhir.

Akhirnya, penulis mengajak agar para Kepala Sekolah dan Pimpinan Perguruan Tinggi di Indonesia untuk kita bersama-sama mempelajari Buku ‘Strategic Leadership’ (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2019), demikian Guru Besar Manajemen Prof. Dr. AB Susanto menuliskan bahwa selalu ada unsur ketidakpastian tentang masa depan dan segala sesuatu senantiasa berubah. Mari kita lalui bersama tahun 2020 yang penuh ‘ujian’ dan tantangan dengan tetap memohon kepada Yang Maha Kuasa agar di tahun 2021 kita tetap dalam pimpinan-NYA.

 

Jakarta, 30 Desember 2020

Salam penulis: E. Handayani Tyas; HP: 081219862030; email: tyasyes@gmail.com