Revitalisasi Permukiman Bantaran Sungai dengan Pendekatan Settlement Park (Studi Kasus: KP. Baru, Cakung Barat, Jakarta Timur)

Saputra, Stepanus Andi (2022) Revitalisasi Permukiman Bantaran Sungai dengan Pendekatan Settlement Park (Studi Kasus: KP. Baru, Cakung Barat, Jakarta Timur). S2 thesis, Universitas Kristen Indonesia.

	Text (Hal_Judul_Daftar_Isi_Daftar_Tabel_Daftar_Diagram_Daftar_Gambar_Abstrak) a. Cover.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (2MB)
	Text (BAB_I) b. BAB 1.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (294kB)
	Text (BAB_II) c. BAB 2.pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (603kB)
	Text (BAB_III) d. BAB 3.pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (395kB)
	Text (BAB_IV) e. BAB 4.pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (2MB)
	Text (BAB_V) f. BAB 5.pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (537kB)
	Text (Daftar_Pustaka) g. DAFTAR PUSTAKA.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (256kB)

Abstract

Permukiman di garis sempadan sungai turut membuat kerusakan lingkungan, khususnya di bantaran sungai, dan menjadi penyebab terjadinya banjir. Pemerintah kota DKI Jakarta telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan merelokasi permukiman penduduk ke Rusunawa (Rumah Susun Sewa). Misalnya, relokasi permukiman bantaran sungai di Kampung Pulo Jakarta Timur, pada tanggal 20 Agustus 2015 ke Rusunawa Jatinegara Barat. Program tersebut membuat daya tampung air di sungai meningkat menjadi 3 kali lipat. Namun, di sisi lain kebijakan tersebut masih belum optimal. Nirwono (2021) ahli tata kota berpendapat bahwa kegiatan normalisasi tidak mempertimbangkan ekologi sungai. Pekerjaan normalisasi sungai fokus membuat turap beton di pinggiran sungai. Selain itu, Silalahi (2017) menjelaskan bahwa 89% masyarakat Kampung Pulo menolak untuk pindah ke Rusunawa karena beberapa faktor, seperti hilangnya mata pencarian rakyat, hilangnya hubungan sosial ketetanggan, dan ketidaknyamanan tinggal di bangunan bertingkat banyak. Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi dari program normalisasi sungai, terkait dengan kondisi - kondisi tersebut di atas, dengan melakukan pengkajian tentang penataan permukiman pasca normalisasi sungai, atau merevitalisasi permukiman dengan tetap mengacu pada peraturan pemerintah. Adapun cara yang dilakukan adalah dengan mencoba menerapkan konsep Settlement Park, pendekatan ini merupakan adopsi dari konsep Urban Park dalam skala yang lebih kecil, yang diperkirakan dapat membantu mengatasi masalah kebutuhan tempat tinggal, dan masalah kerusakan lingkungan sungai. Adapun lokasi penelitian yang dipilih adalah Permukiman Kampung Baru, Jakarta Timur, yang berada di Sungai Cakung Drain. Lokasi tersebut merupakan salah satu tempat yang masuk dalam program normalisasi sungai. Penelitian ini akan menggunakan 2 metode yang saling berkolaborasi, yaitu metode kualitatif, dan metode kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan observasi dan wawancara ke lokasi penelitian, sedangkan metode kuantitatif akan melakukan perhitungan jumlah rumah, dan model taman yang di ideal di wilayah tersebut. Hasil akhir dari penelitian ini berupa saran dalam bentuk desain model terbaru dari permukiman pasca normalisasi. Kata Kunci: Permukiman Bantaran Sungai; Normalisasi Sungai; Settlement Park. / Settlements on the river banks contribute to environmental damage, and cause flooding. The city government of DKI Jakarta has tried to overcome this problem by relocating residential areas to Rusunawa (Rental Flats). For example, the relocation of a riverside settlement in Kampung Pulo, East Jakarta, on August 20, 2015 to Rusunawa Jatinegara Barat. The program has made the water capacity of the river increased 3 times. However, on the other hand, the policy is still not optimal. Nirwono (2021), an expert on urban planning, argues that normalization activities do not consider river ecology. The river normalization work focuses on making concrete sheet piles on the riverbanks. In addition, Silalahi (2017) explained that 89% of the people of Kampung Pulo refused to remove to Rusunawa due to several factors, such as the loss of people's livelihoods, loss of neighborhood social relations, and the discomfort of living in multi-story buildings. Therefore, it is necessary to evaluate the river normalization program, related to the conditions mentioned above, by conducting an assessment of the settlement arrangement after the river normalization, or revitalizing settlements by referring to government regulations. The method used is to try to apply the Settlement Park concept. This approach is an adoption of the Urban Park concept on a smaller scale, which is expected to help overcome the problem of housing needs, and the problem of river environmental damage. The research location chosen is the Kampung Baru Settlement, East Jakarta, which is located on the Cakung Drain River. This location is one of the places included in the river normalization program. This study will use 2 methods that collaborate with each other, namely qualitative methods and quantitative methods. The qualitative method is carried out by observing and interviewing the research location, while the quantitative method will calculate the number of houses, and the ideal garden model in the area. The final result of this research is a suggestion’s form of the latest model design of post-normalization settlements. Keywords: Riverside Settlement; River’s Normalization; Settlement Park

Actions (login required)

View Item